Wednesday, September 9, 2020

"A Time To Kill" Satu Penggambaran Rasisme di Bidang Hukum Yang Tidak Adil di Amerika


John Grisham, seorang pengacara yang juga penulis dari Amerika, banyak menghasilkan novel bertema 'Legal Thriller.' "A Time to Kill" sebenarnya adalah novel pertamanya, namun baru diterbitkan setelah dia menerbitakn novel keduanya dan ketiganya yang berjudul "The Firm" dan "Pelican Brief."


Untuk menerbitkan novel "A Time to Kill," John Grisham tidak memudah mewujudkannya, karena banya mendapat penolakan di beberapa penerbit, namun begitu novel itu terbit dan dijadikan film, ternyata menjadi film Box Office.  

Novel John Grisham yang berjudul "A Time to Kill" (Saat untuk membunuh), diilhami oleh pengalamannya ketika dia menghadiri sidang di pengadilan De Soto County. Sidang pada saat itu tentang masalah perkosaan, di mana sang gadis berusia 12 tahun berkulit hitam, telah diperkosa oleh dua orang pemuda berandal berkulit putih. 

 John membayangkan apa yang dilakukan oleh sang ayah, ketika menemukan anak gadis kesayangannya ditemukan tergeletak di pinggir kali dalam kondisi yang mengenaskan. Apakah sang ayah akan tinggal diam? Ataukah sang ayah akan melakukan balas dendam? 

Semua jawaban dari bayangannya itu dituangkan dalam novelnya yang berjudul "A Time to Kill," di mana sang ayah yang mempunyai sahabat seorang pengacara muda bernama Jack sebelum melakukan aksi pembalasan dendam mendatangi pengacara itu, karena selama ini sang ayah telah menyaksikan bagaimana si pengacara muda itu telah berhasil membebaskan seorang negro dari sebuah kasus pembunuhan.

                                                            Jack Brigance

Akhirnya setelah benar-benar pasti bahwa sang pengacara muda itulah orang yang tepat, segeralah sang ayah, Carl Lee Harley melakukan balas dendam itu, ketika kedua pemuda berandal itu akan diadili di peradilan awal, Carl Lee segera menembakan pelurunya ke kedua berandal berkulit putih itu hingga tewas. 


Ternyata hal itu tidak mudah bagi Jack  Brigance, karena dia adalah seorang kulit putih dan yang dibelanya adalah seorang Afro Amerika. Sebelum dia mulai membela kliennya, dia sudah diperingatkan oleh banyak orang untuk mundur dari kasus itu.  Jack tidak peduli hingga akhirnya dia mendapatkan banyak teror, tidak saja kepada dirinya, tetapi juga kepada istri dan anaknya dan juga kawan barunya, seorang mahasiswi hukum bernama Ellen Roark. 

Di dalam cerita ini memang benar-benar digambarkan bagaimana kesan bahwa rasisme benar-benar membuat satu masalah besar, karena di Amerika menganut sistem juri, di mana yang menentukan seseorang bersalah atau tidak adalah bukan hanya hakim saja, tapi para juri, maka dari pihak gereja di mana Carl Lee Harley adalah salah satu jemaahnya, menyarankan untuk mengganti pengacara pembelanya dengan pengacara berkulit hitam, dengan demikian juri pun akan ditunjuk para pengacara Afro Amerika.

Jack tetap bersikeras bahwa dialah tetap membela kliennya, hingga akhirnya diadakan seleksi untuk menentukan siapa juri yang akan mengadili Carl Lee Harley. Ternyata memang semua adalah juri berkulit putih. Sejak awal-awal persidangan, para juri itu diajarkan untuk menyatakan bahwa Carl Lee Harley bersalah, hingga ketika pengadilan terakhir untuk memutuskan apakah dia bersalah atau tidak, Jack mengatakan kepada semua yang hadir di persidangan termasuk para juri untuk mendengar ceritanya. Ceritanya:                         "Tutup mata anda semua. Dengarkan ceritaku. Apabila satu saat anda mendengar ada seorang anak berkulit hitam sedang berjalan dan berbelanja di pinggir jalan. Tiba-tiba seorang pemuda berkulit putih datang. Menariknya, mengikatnya di atas pohon, menyiksanya, memperkosanya dan berusaha membunuhnya, kemudian membuangnya di pinggir sungai. Bayangkan..... Jika anak itu berkulit putih...."

Jack segera menghentikan ceritanya. Semua yang hadir di persidangan meneteskan air mata, termasuk para juri. Maka..... para juri pun memutuskan bahwa Carl Lee Harley tidak bersalah. 

Begitulah kisah yang dituliskan oleh John Grisham. Dalam imajinasinya, memang masalah rasisme itu tetap ada entah sampai kapan pun di Amerika, walaupun masih banyak orang seperti Jack Brigance yang tidak peduli dengan perbedaan itu, tapi itu hanya segelintir saja. Itulah sulitnya menjalankan hukum secara adil.                        

                   



No comments:

Post a Comment