Saturday, March 7, 2020

Nilai Perfeksionis

Bisakah sebagai guru kita mendidik siswa kita menjadi seorang anak yang perfeksionis? Maksudnya, bukan hanya pintar dalam kompensasi berbentuk nilai-nilai raport, atau pun IQ yang tinggi saja, tapi juga dalam hal melaksanakan pekerjaan apa pun yang kita berikan kepada siswa, juga dalam bertindak pun, mereka tahu yang mana yang sopan dan tidak menyakiti orang maupun merugikan orang lain dengan yang menyenangkan orang lain. Sulitkah? Lalu bagaimana caranya?  
Ada hal yang perlu kita perhatikan bahwa kehidupan ini bagaikan sebuah rantai, yang bersambungan, jadi segala sesuatunya saling berhubungan, untuk itu kita perlu merancang satu program atau kurikulum, di mana semua itu ada kaitannya. Bagaimana caranya?  
Dibutuhkan waktu yang cukup untuk merancang program itu, yang harus dilakukan adalah:   


1. Berusaha menemukan apakah minat dari para siswa itu dengan mendata semua  siswa yang ada di dalam kelas.
2. Melakukan tes terhadap semua nilai pelajaran.
3. Melakukan tes praktek terhadap semua mata pelajaran.           
4. Melakukan tes etika, di mana setiap anak diberikan kasus, apa tanggapan mereka terhadap kasus yang diberikan.

5. Melakukan tes ilmu agama, sesuai agama masing-masing, menanyakan sejauh mana kemampuan mereka tentang agama.  

Setelah semua dilakukan, akan dilihat seberapa jauh angka yang didapat para siswa itu, dari situlah kita akan mengetahui kemampuan mereka. Kemudian mereka dikelompokan dengan kelompok yang nilainya bersamaan dari setiap tes, lalu diberi tindakan supaya semuanya bisa mendapatkan nilai yang tinggi. Demikian seterusnya, jadi begitu semua anak bisa mencapai nilai maksimal dari setiap tes, maka barulah kita bisa mengatakan bahwa nilai perfeksionis itu telah diraih oleh mereka. Perlu kita catat, untuk mendapatkan nilai yang tinggi setiap siswa itu tentu saja berbeda, bagi yang lebih dahulu mendapatkan semuanya dengan nilai tinggi, maka bisa kita mengkategorikannya sebagai siswa perfeksionis awal, menengah dan lanjutan. Dikatakan lanjutan, karena mungkin saja ada yang perlu pengulangan dilakukan tindakan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Mereka ini tidak boleh kita sebut ‘lemah’ tapi memang mereka butuh waktu lebih untuk mendapatkan nilai perfeksionis itu.

No comments:

Post a Comment