Di suatu tempat...
Niko seperti berada di atas awan.
Dia terkejut, dan menatap sekelilingnya. Penuh dengan awan putih. Tanyanya
dalam hati, “Di mana aku ini? Rasanya
tempat ini belum pernah kukunjungi sebelumnya.”
Tak lama kemudian seorang lelaki
berewok berbadan besar menghampirinya dengan suaranya yang berat. Katanya, “Ikuti aku.”
Karena besarnya badannya dan
tampangnya yang seram, membuat Niko takut sehingga dia mengikuti saja apa yang
dikatakan lelaki itu. Katanya dalam hati,”Dari pada dia memakanku, lebih baik
diikuti saja, walau Aku tak tahu siapa dia.”
Lelaki itu mengajak Niko masuk ke
sebuah ruangan besar. Ada banyak televisi di sana. Kemudian lelaki itu menunjuk
ke televisi yang di ujung sana. Di sana ada seorang wanita berkulit gelap
sedang kebingungan, entah bingung kenapa
dan ingin meminta tolong dengan lelaki bule yang ada di depannya, tapi
sayang dia tidak bisa berbahasa Inggris dengan si bule itu, hingga akhirnya dia
hanya bisa menangis saja sementara si bule bingung kenapa wanita itu menangis.
Kata pria berbadan besar itu kepada Niko, “Kamu tahu kenapa
wanita itu menangis?”
Niko menggeleng kepala. Katanya, “Gak tahu.”
Kata pria bertubuh besar itu lagi, “Wanita itu butuh pertolongan si pria. Tapi karena dia tidak bisa
berbahasa Inggris, jadi sang pria tidak bisa menolongnya karena si pria itu
hanya bisa berbahasa Inggris.”
“Terus hubungannya apa
dengan aku?” tanya Niko
heran.
“Kamu pintar, bisa berbahasa Inggris, jadi
kalau Kamu jadi wanita itu, tentu tidak ada masalah,” jelas si pria berbadan
besar yang bernama Wanda.
“Tentu
saja, tapi Aku tidak mau jadi wanita. Aku ‘kan pria,” tanggap Niko.
“Bukan itu maksudku, Bodoh,” kata Wanda yang mulai geram dengan Niko yang tampak terlihat bodoh itu
di matanya.
“Namaku Niko, bukan Bodoh. Sembarangan aja. Kalau mamah tahu namaku diubah, pasti dia akan
marah dan menempelengmu, Gendut,” kata Niko sengit dan tak mau kalah galaknya
dengan Wanda.
“Berani-beraninya kamu panggil aku Gendut? Sembarangan. Kumakan kau nanti,” ancam Wanda yang emosi jiwanya mendadak naik ketika dipanggil Gendut oleh Niko dan segera ‘ngegas’.
Melihat Wanda yang bertubuh besar
itu ingin mengangkat Niko, segera Niko meminta maaf. Katanya memohon, “Maaf, maaf. Bukan maksudku berkata begitu. Tapi aku belum kenal dengan kamu. Siapa sih kamu? Namamu? Kalau perlu no pin ATM-mu juga boleh.
Pinjam. Biar aku bisa beli motor.”
“Motor? Kamu ingin punya
motor?” tanya Wanda.
“Iya, ‘kan Aku sudah katakan barusan.
Kenalkan namaku Niko. Kamu siapa?” kata Niko mengulurkan tangannya ke Wanda.
“Wanda. Panggil aku dengan nama
itu,”kata Wanda.
Niko terkaget sejenak,
katanya dalam hati, “Badan besar, garang, tapi kok
namanya imut gitu.”
“Kenapa?” tanya Wanda heran melihat Niko terdiam menatapnya.
“Enggak.
Nama yang bagus,” kata Niko, takut Wanda marah dan membantingnya.
“Terima kasih. Baru kali ini aku mendengar orang
memuji namaku. Sebelumnya...” Wanda terdiam.
“Kenapa?” tanya Niko heran.
“Semua yang mendengar namaku pasti mengejekku. Enggak sesuai,” kata
mereka.
“Apanya
yang tidak sesuai? ‘kan kamunya manis, namamu manis,” kata Niko tanpa sadar mengatakan hal itu.
“Manis, maksudmu?”
terdengar nada meninggi dari Wanda.
“Maaf, maaf. Maksudku namamu itu
bagus. Itu pemberian orang tuamu. Jangan pernah merasa marah bila ada orang
yang mengejek atau tidak suka dengan namamu,” kata Niko berusaha menenangkan
Wanda agar tidak marah padanya.
“Kamu
pintar berbahasa Inggris. Harusnya kamu gunakan ilmu kamu itu untuk kebaikan. Ajarkan orang di sekelilingmu berbahasa Inggris.
Apalagi kamu mau motor. Dengan uang hasil kamu mengajarkan orang itu, aku yakin kamu akan dapatkan motor
itu,” jelas Wanda.
Niko menatapi Wanda lebih dekat.
Wanda heran lalu bertanya, “Kenapa?”
“Perkataanmu persis sama dengan perkataan
sohibku, Sahid. Apa kamu jelmaan atau titisan dari
Sahid,” kata Niko.
“Sahid? Siapa itu Sahid. Aku tidak
kenal. Tidak ada orang bernama Sahid di sini,” jelas Wanda.
“Ya iyalah. Dia ‘kan tinggal dekat rumahku. Sedang
sekarang ini aku tidak tahu ada di mana?” jawab
Niko.
“Ini ‘Negeri Kebaikan.’ Orang yang sampai ke sini akan menjadi baik dan semua keinginannya akan
tercapai setelah pergi dari sini,” jelas Wanda.
“Maksud kamu, setelah aku pulang nanti, aku akan bisa mendapatkan motor yang
sudah aku impikan sejak dulu?” tanya Niko senang.
“Bukan. Setelah kamu kembali dari sini, Kamu akan menjadi seorang guru bahasa Inggris,” jelas Wanda.
“Apa? Guru?? Bahasa Inggris?” tanya Niko.
Wanda mengangguk.
“Oh, tidak...!!!” jerit Niko.
Demikian cuplikan dari novel "Zrof Niko, Satu Metamorfosis." Silahkan pre-order di wasap 087874772266