Tuesday, April 28, 2020

Bab 4. Ngeredit atau Cash?

Cuplikan dari cerita Zrof Niko, Satu Metamorfosis


 Semenjak Niko memproklamirkan dirinya ingin motor, tugas pak Zayn jadi bertambah. Dia harus mencari info tentang motor yang bagus dan aman untuk putra tercintanya itu. Untung saja Niko tidak mendesaknya untuk cepat membelikan motor. Jadi pak Zayn bisa bernapas dengan lega. Bagaimana dengan Nikonya sendiri? Apakah benar dia pasrah begitu saja hingga saatnya dibelikan motor oleh papahnya ?     

Ternyata apa yang pembaca bayangkan tidak seperti apa yang pembaca abaikan. Sejak Niko mengutarakan keinginannya untuk punya motor, Niko semakin gencar berdoa terutama doa di tengah malam ketika salat tahajjud. Doanya:


Ya Tuhan...

Gerakkanlah hati Papah untuk segera membelikan aku sebuah motor,                                                                      

Motor yang bagus tapi murah dan enak dipakai baik untuk digunakan sendiri, 

Maupun untuk digunakan sebagai ojek online jika aku

sedang kekurangan uang untuk keperluan kuliah dan makanku di kampus


Ya Tuhan...

Kabulkanlah doaku ya Tuhan

Engkau tahu kalau aku sayang dan berbakti pada orang tuaku

Keluarkanlah jatah rezeki untuk anak saleh kepadaku. Amin YRA

Ikuti terus kisah Zrof Niko, Satu Metamorfosis.. Juga bisa didapat selengkapnya di dalam buku Zrof Niko, Satu Metamorfosis.

Hubungi admin FL Online Bookstore di wasap 087874772266 
 

 

Friday, April 17, 2020

ZROF NIKO, SATU METAMORFOSIS (Cuplikan yang diambil dari novel)



Bab 2. Negeri Kebaikan

Di suatu tempat...
  
Niko seperti berada di atas awan. Dia terkejut, dan menatap sekelilingnya. Penuh dengan awan putih. Tanyanya dalam hati,Di mana aku ini? Rasanya tempat ini belum pernah kukunjungi sebelumnya.” 

Tak lama kemudian seorang lelaki berewok berbadan besar menghampirinya dengan suaranya yang berat. Katanya, Ikuti aku.” 

Karena besarnya badannya dan tampangnya yang seram, membuat Niko takut sehingga dia mengikuti saja apa yang dikatakan lelaki itu. Katanya dalam hati,”Dari pada dia memakanku, lebih baik diikuti saja, walau Aku tak tahu siapa dia.”                                                                                                
Lelaki itu mengajak Niko masuk ke sebuah ruangan besar. Ada banyak televisi di sana. Kemudian lelaki itu menunjuk ke televisi yang di ujung sana. Di sana ada seorang wanita berkulit gelap sedang kebingungan, entah bingung kenapa  dan ingin meminta tolong dengan lelaki bule yang ada di depannya, tapi sayang dia tidak bisa berbahasa Inggris dengan si bule itu, hingga akhirnya dia hanya bisa menangis saja sementara si bule bingung kenapa wanita itu menangis. 
                 
Kata pria berbadan besar itu kepada Niko,Kamu tahu kenapa wanita itu menangis?”       
                                         
Niko menggeleng kepala. Katanya,Gak tahu.”
  
Kata pria bertubuh besar itu lagi,Wanita itu butuh pertolongan si pria. Tapi karena dia tidak bisa berbahasa Inggris, jadi sang pria tidak bisa menolongnya karena si pria itu hanya bisa berbahasa Inggris.”   
                                                   
 “Terus hubungannya apa dengan aku?” tanya Niko heran.   
                                                                                             
 “Kamu pintar, bisa berbahasa Inggris, jadi kalau Kamu jadi wanita itu, tentu tidak ada masalah,” jelas si pria berbadan besar yang bernama Wanda.
                                                 
 “Tentu saja, tapi Aku tidak mau jadi wanita. Aku ‘kan pria,” tanggap Niko.     

“Bukan itu maksudku, Bodoh,”  kata Wanda yang mulai geram dengan Niko yang tampak terlihat bodoh itu di matanya.
                                                                                                                                         
 “Namaku Niko, bukan Bodoh. Sembarangan aja. Kalau mamah tahu namaku diubah, pasti dia akan marah dan menempelengmu, Gendut,” kata Niko sengit dan tak mau kalah galaknya dengan Wanda.
  
 “Berani-beraninya kamu panggil aku Gendut? Sembarangan. Kumakan kau nanti,” ancam Wanda yang emosi jiwanya mendadak naik ketika dipanggil Gendut oleh Niko dan segera ‘ngegas’.                                                     

Melihat Wanda yang bertubuh besar itu ingin mengangkat Niko, segera Niko meminta maaf. Katanya memohon,Maaf, maaf. Bukan maksudku berkata begitu. Tapi aku belum kenal dengan kamu. Siapa sih kamu? Namamu? Kalau perlu no pin ATM-mu juga boleh. Pinjam. Biar aku bisa beli motor.” 
                                                                  
 “Motor? Kamu ingin punya motor?” tanya Wanda. 
                                                              
 “Iya, kan Aku sudah katakan barusan. Kenalkan namaku Niko. Kamu siapa?” kata Niko mengulurkan tangannya ke Wanda.
  
“Wanda. Panggil aku dengan nama itu,”kata Wanda.      

 Niko terkaget sejenak, katanya dalam hati,Badan besar, garang, tapi kok namanya imut gitu.”

“Kenapa?” tanya Wanda heran melihat Niko terdiam menatapnya.  
                                                                      
 “Enggak. Nama yang bagus,” kata Niko, takut Wanda marah dan membantingnya.   
                                            
 “Terima kasih. Baru kali ini aku mendengar orang memuji namaku. Sebelumnya...” Wanda terdiam.

“Kenapa?” tanya Niko heran.

“Semua yang mendengar namaku pasti mengejekku. Enggak sesuai,” kata mereka.

“Apanya yang tidak sesuai? ‘kan kamunya manis, namamu manis,” kata Niko tanpa sadar mengatakan hal itu.   

“Manis, maksudmu?” terdengar nada meninggi dari Wanda. 
 
“Maaf, maaf. Maksudku namamu itu bagus. Itu pemberian orang tuamu. Jangan pernah merasa marah bila ada orang yang mengejek atau tidak suka dengan namamu,” kata Niko berusaha menenangkan Wanda agar tidak marah padanya.                                                                                   

 “Kamu pintar berbahasa Inggris. Harusnya kamu gunakan ilmu kamu itu untuk kebaikan. Ajarkan orang di sekelilingmu berbahasa Inggris. Apalagi kamu mau motor. Dengan uang hasil kamu mengajarkan orang itu, aku yakin kamu akan dapatkan motor itu,” jelas Wanda. 

Niko menatapi Wanda lebih dekat. Wanda heran lalu bertanya,Kenapa?”  

“Perkataanmu persis sama dengan perkataan sohibku, Sahid. Apa kamu jelmaan atau titisan dari Sahid,” kata Niko.  

 Sahid? Siapa itu Sahid. Aku tidak kenal. Tidak ada orang bernama Sahid di sini,” jelas Wanda.

  “Ya iyalah. Dia kan tinggal dekat rumahku. Sedang sekarang ini aku tidak tahu ada di mana?” jawab Niko.
  
 “Ini ‘Negeri Kebaikan. Orang yang sampai ke sini akan menjadi baik dan semua keinginannya akan tercapai setelah pergi dari sini,” jelas Wanda.
  
 “Maksud kamu, setelah aku pulang nanti, aku akan bisa mendapatkan motor yang sudah aku impikan sejak dulu?” tanya Niko senang.                                                                   

“Bukan. Setelah kamu kembali dari sini, Kamu akan menjadi seorang guru bahasa Inggris,” jelas Wanda. 

 “Apa? Guru?? Bahasa Inggris?” tanya Niko.
  
Wanda mengangguk.
   
“Oh, tidak...!!!” jerit Niko. 

Demikian cuplikan dari novel "Zrof Niko, Satu Metamorfosis." Silahkan pre-order di wasap 087874772266

Monday, April 6, 2020

Pendidikan Tinggi Seharusnya Setingkat Dengan Akhlak

Sering kita kagum melihat anak-anak pintar yang berprestasi di sekolahnya. Apakah semua orang tua akan bahagia melihat keberhasilan anak-anaknya?

Tentu saja orang tua sangat bahagia karena mereka sudah susah payah, jungkir balik mendidik anak-anaknya sehingga berprestasi. Tunggu dulu. Kita tidak bisa hanya memandang keberhasilan seorang anak dari segi akademisnya saja, tapi masih banyak segi lain yang harus diperhatikan. Yuk kita jalan-jalan ke negeri seberang. Pernah ingat kisah Malin Kundang? Ketika dia mau berangkat merantau ke negeri orang? Kemudian dia berhasil menjadi seorang kaya raya, apa yang terjadi? Ingatkah dia pada ibunya yang tua dan miskin?

Ternyata keberhasilan yang tidak disertai akhlak yang baik, akan berdampak buruk. Salah siapa ini? Apakah salah orang tua? Apakah salah guru?     
                                            
 Memang kita tidak bisa menyalahkan satu sama lain, tapi sebagai orang tua, kita tetap harus selalu koreksi diri, juga para guru harus tetap mengajarkan kepada siswa tidak saja pendidikan tetapi juga soal etika, sikap dan tata krama terhadap orang yang dituakan dan dihormati. Bila semua ini sudah dipenuhi, tapi tetap saja seorang anak itu menjadi sombong, tidak peduli pada sesama, tidak menghargai orang tua,  bahkan melawan orang tua, siapa lagi yang harus disalahkan?


Coba kita lihat kisah Pangeran Harry dari Inggris. Sebagai seorang pangeran, pasti semua pendidikan sudah lengkap diberikan kepadanya, tapi kenapa saat ini dia melepaskan diri dari lingkungan keluarga istana, lingkungan yang membesarkannya, hanya karena ingin hidup tenang dengan keluarga kecilnya? Apakah tidak ada perasaan bersalah sama sekali dalam hatinya, begitu teganya dia melepaskan diri dari keluarga kerajaan dan tidak mau terlibat lagi dalam acara yang berkenaan dengan kerajaan Inggris?

Jawabannya hanya satu, ada faktor di sekelilingnya yang menyebabkan dia menjadi berubah. Berubah ketika dia sudah menikah dengan seorang selebriti dari Hollywood bernama Meghan Markle. Memang kita tidak bisa menyalahkan Meghan Markle, tapi begitulah, seorang lelaki bisa berubah karena wanita, atau sebaliknya. 

Jadi dari sinilah kita harus perhatikan jalur komunikasi sang anak, ketika dia menjadi berbeda dengan anak yang kita didik dengan baik dan penuh tata krama, sehingga ketika dia terjun di satu lingkungan atau kawan bermain yang bisa mengubahnya menjadi seorang ‘monster’ sehingga menjadi musuh di dalam selimut. Seperti kata pepatah, “Jika kita berdekatan dengan tukang minyak wangi, maka wangilah kita, jika kita berdekatan dengan penjahat, maka kita pun akan menjadi penjahat.”

Bila anda saat ini sedang melihat kenyataan bahwa anak anda yang manis dan saleh, tiba-tiba menjadi ‘monster’ maka selaku orang tua, harus banyak bersabar dan berdoa semoga dia bisa kembali ke jalan yang benar. Karena hal itu tidak mudah.