Siapa pernah menduga, ketika tiba-tiba negara kita diserang oleh virus
yang mematikan, dan semua orang diharuskan berada di rumah, begitu juga para
pelajar, yang selama ini belajar secara tatap muka dengan guru dan teman-teman,
diharuskan menjaga jarak atau dikenal dengan istilah ‘Social Distancing.’
Para siswa yang biasanya bertatap muka dengan para guru, ketika bingung dengan apa yang dijelaskan guru,
segera mengacungkan tangan dan bertanya, sekarang tiba-tiba menjadi bingung,
ketika mereka harus berhadapan dengan kegiatan belajar secara online, di mana
mereka ada yang berhadapan dengan hape, atau laptop atau komputer, mendengar
penjelasan guru dari sana, dan ketika bingung dengan apa yang dijelaskan sang
guru, tidak bisa langsung bertanya, harus ada syarat dan ketentuan berlaku.
Tidak semua siswa dan guru siap sepenuhnya dengan pembelajaran online,
terutama anak kelas 1-3 SD. Mereka terbiasa langsung dibimbing oleh guru, sekarang orang tualah berperan aktif.
Merekalah yang harus membimbing anak-anak mereka, baik itu berusaha mempelajari
apa yang dijelaskan guru lewat online learning, kemudian berusaha
menjelaskannya. Bagaimana dengan orang tua yang ‘gagap teknologi’? Mau tidak
mau akhirnya sang anak atau orang tua tersebut harus ke luar dahulu, bertanya
dengan yang lebih pintar. Otomatis kegiatan ‘social distancing’
menjadi tidak berjalan.
Yah, itulah fenomena baru
yang dihadapi oleh rakyat Indonesia yang sedang dilanda bencara virus Corvid
19. Bagi kampus yang sudah siap dengan pembelajaran online, itu tidak menjadi
masalah besar, karena sebelumnya baik para mahasiswa dan dosen sudah tahu cara
mengoperasikan semua perangkat online. Bagaimana dengan para mahasiswa dan
dosen yang belum pernah melaksanakannya?
Banyak
perangkat online tersedia saat ini, itu tidak menjadi masalah bagi para
mahasiswa dan dosen yang mendadak menjadi seorang ‘onlinener.’Selamat 'beronline.'